Memberikan Waktu dan Perhatian Untuk Anak
Bersama Pemateri :
Ustadz Abu Ihsan Al-Atsary
Memberikan Waktu dan Perhatian Untuk Anak merupakan kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh Ustadz Abu Ihsan Al-Atsaary dalam pembahasan Mencetak Generasi Rabbani. Kajian ini disampaikan pada Selasa, 19 Sya’ban 1443 H / 22 Maret 2022 M.
Memberikan Waktu dan Perhatian Untuk Anak
Sebelumnya kita sudah membahas tentang kurangnya memberikan waktu dan perhatian kepada anak, bersikap cuek, tidak mau peduli, bahkan ada indikasi menjauh dari anak dengan alasan sibuk bekerja, sibuk berdagang, sibuk berbisnis, sibuk mengajar dan lain sebagainya.
Ada juga orang tua yang merasa bahwa orang yang paling berkompeten untuk dekat dengan anak adalah ibu, ini juga keliru. Kita semua tahu bahwa anak memerlukan dua sosok (ayah dan ibu). Lebih-lebih lagi ada orang tua yang menyerahkan urusan anaknya kepada pembantu. Anak itu justru dekat, bermain, bercanda, bergurau dan berkomunikasi dengan pembantu, bukan dengan kedua orang tuanya.
Maka waktu dan perhatian adalah sesuatu yang harus kita berikan kepada anak, bukan hanya mengeluarkan materi/harta. Itu tentunya tidak seberapa dibandingkan dengan waktu yang kita berikan. Nilai waktu tidak bisa kita konversikan dengan materi.
Anak perlu perhatian kita. Dia sebenarnya ingin orang tuanya menyembunyikan waktu untuknya. Ada anak yang melakukan hal-hal yang aneh seperti mencuri dan sebagainya hanya ingin mencuri perhatian orang tuanya. Dia melakukan hal-hal yang mengejutkan kita secara sengaja karena mungkin orang tua kurang perhatian. Biasanya anak-anak yang melakukan ini secara spontan tanpa pengaruh dari temannya itu dikarenakan orang tua kurang memberikan perhatian dan waktu kepada anak.
Maka dari itu kita harus menyisihkan waktu. Sesibuk apapun kita, sepenting apapun pekerjaan kita, anak adalah amanah/titipan Allah Subhanahu wa Ta’ala yang wajib kita berikan haknya. Salah satu haknya adalah perhatian dari kita. Dan perhatian itu perlu waktu.
Kadangkala ada orang tua yang tidak sedang bekerja yang seharusnya waktunya bisa dia bisa berikan untuk keluarga (terutama untuk anak-anaknya) justru dihabiskan untuk melampiaskan hobinya. Sehingga nyaris tidak ada waktu untuk anak.
Orang Tua Bakhil
Bakhil dalam mengeluarkan uang untuk anak, untuk maslahat mereka, untuk pendidikan mereka. Kadang-kadang orang tua bukan tidak mampu, tapi tidak mau mengeluarkan hartanya untuk kemaslahatan anak. Kalau biaya pendidikan mungkin itu mau tidak mau dia harus keluarkan itu. Karena kalau tidak tentunya anaknya tidak bisa melanjutkan pendidikan.
Namun ada hal-hal lain yang mungkin bukan merupakan tuntutan tapi merupakan kebutuhan dalam konteks pendidikan. Misalnya melakukan pendekatan kepada anak dengan hadiah. Tentu ini perlu mengalokasikan dana untuk itu. Jadi kita memang menyisihkan sebagian dari pendapatan kita untuk memberikan apresiasi ketika anak melakukan sesuatu yang kita perintahkan.
Misalnya kita buat suatu peraturan atau mengeluarkan sebuah perintah kepada anak. Ada dua kemungkinan, yaitu anak melakukannya atau mengabaikan dan tidak mengindahkannya. Yang banyak terjadi adalah ketika anak tidak melakukan maka hukuman/sanksi itu menantinya. Bisa itu celaan, hardikan, amarah, bahkan sanksi dan hukuman seperti potong uang jajan atau dipukul.
Tapi kalau dia melakukan ternyata tidak terjadi suatu apapun seperti tidak ada kejadian. Karena dalam hati ayah atau ibu memang sudah seharusnya seperti itu. Tidak ada apresiasi apalagi hadiah atas apa yang telah dilakukan oleh anak. Maka terkadang anak memberontak. Karena dia merasa adanya ketidakseimbangan antara dia melakukan apa yang diperintahkan dengan jika dia melanggarnya.
Ini tidak adil. Orang tua yang seperti ini tidak mengerti bahwa jiwa manusia menyukai hadiah/pemberian/apresiasi/komentar yang positif. Maka Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan:
تَهَادَوْا تَحَابُّوا
“Salinglah kalian memberi hadiah niscaya kalian akan saling mengasihi/mencintai.” (HR. Bukhari dalam Al-Adab Al-Mufrad)
Satu cara untuk mengambil hati seseorang adalah dengan memberi hadiah kepadanya. Demikian juga anak. Kalau kita ingin mengambil hati anak atau meluluhkan hati mereka, maka coba melakukan pendekatan dari sisi yang lain, yaitu melalui hadiah/pemberian.
Bahkan kita saja di dalam pergaulan kalau diberi seseorang, maka hati kita pun luluh kepadanya. Kita cenderung bisa lebih bisa memaafkannya. Hal ini karena kita merasa terhutang budi dengan hadiah yang diberikannya. Atau muncul semangat yang lebih ketika akan membantunya.
Bagaimana kajian lengkap tentang Sikap Yang Salah dan Yang Seharusnya Ketika Mendidik Anak? Mari download dan simak mp3 kajiannya.
Download mp3 Kajian
Podcast: Play in new window | Download
Artikel asli: https://www.radiorodja.com/51556-memberikan-waktu-dan-perhatian-untuk-anak/